Minggu, 21 Maret 2010

Louis Althusser


Pada kelas studi media kali ini membahas tentang Louis Althusser, Banyak orang lebih mengenalnya sebagai seseorang yang mencoba memformulasikan Marxisme dengan metode yang dipakai oleh aliran strukturalisme. Louis Althusser lahir di Aljazair 19 Oktober 1918 dan meninggal di utara Paris pada 23 Oktober 1990. Studi filsafat diperolehnya di École Normale Supérieure di Paris, dimana ia kemudian menjadi profesor filsafat.
Dari yang telah saya pelajari tentang Louis Althusser, bahwa beliau menganut aliran Neo-Marxiant dan Structuralist Philosopher. Melalui alirannya tersebut dia menolak dua pemikiran utama Marxist, yaitu Economic Determinism dan Humanism. Seperti kita ketahui sebelumnya Economic determinism pada pemikiran Marxist adalah pandangan yang menganggap hubungan-hubungan sosial hanya mencerminkan proses-proses ekonomis, atau bisa dikatakan bahwa ekonomi menentukan segala-galanya. Ekonomisme mengabaikan perjuangan kelas dan pertentangan-pertentangan dalam hubungan-hubungan produksi. Sedangkan Humanism dalam pemikiran Marxist adalah bahwa apa yang dinginkan manusia dalam kehidupannya adalah bersifat secara alamiah, atau terjadi begitu saja sesuai dengan keinginan manusia tersebut.
Dalam penolakannya tersebut kepada pemikiran dasar Marxist, Althusser pun memiliki dua buah tesis tentang pemikirannya. Tesis 1:, Dia melihat bagaimana ideologi menentukan pembentukan kesadaran, representasi gagasan yang membentuk ideologi tersebut tidak hanya mempunyai eksistensi spriritual, tetapi juga material. Eksistensi material menurut Althusser dapat dikatakan merupakan kepercayaan seseorang atau ideologi seseorang terhadap hal tertentu yang akan diturunkan dalam bentuk-bentuk material yang secara alami akan diikuti oleh orang tersebut. Tesis 2: Ideologi merepresentasikan relasi individu yang imajiner pada kondisi-kondisi nyata dari eksistensinya. Pemikiran Louis Althusser yang cukup terkenal adalah teorinya mengenai ideology state aparatus dan repressive state aparatus yang terdapat dalam negara kapitalistik sebagai analisa tentang bagaimana sebuah mekanisme reproduksi kondisi-kondisi produksi berlangsung. Ideology state aparatus disini adalah bagaimana beberapa hal dimasyarakat mempengaruhi keyakinan kita, jadi apa yang kita lakukan tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan naluri alamiah. Ada hal lain yang mempengaruhi keinginan kita itu seperti contohnya keluarga, agama, pendidikan dan media. Sedangkan Repressive state aparatus llebih mengarahkan pada membuat seseorang patuh pada suatu tekanan, dan hal-hal yang membuat kita berada dalam tekanan itu misalnya para aparatur negara seperti jaka, polisi, dan lain-lain.
Menurut Althusser dalam teorinya dia mengemukakan bahwa dalam text media atau kontent-kontent dalam media dilatar belakangi oleh ideologi. Metode itu digunakan untuk mengetahui kandungan ideologi apa yang berada di belakang sebuah teks atau wacana. Althusser menolak faham bahwa ideologi adalah kesadaran palsu, sekalipun ia menyadari juga bahwa manusia berhubungan dengan alam sekitarnya melalui ideologi, yang juga memiliki kekuatan yang sama untuk menjadi faktor yang menentukan bangunan masyarakat, sebagaimana basis ekonomi.


Saya akan mencoba sedikit menganalisis poster atau gambar suatu iklan dalam media cetak dengan menggunakan teori semiotika Louis Althusser





Iklan sebuah sabun kecantikan yang ditujukan kusus untuk para wanita terutama wanita indonesia. Dengan menampilkan Luna maya sebagai simbol wanita cantik Indonesia masa kini. Mengapa dikatakan demikian, jika menurut pandangan ideologi yang saya dapatkan ciri-siri wanita cantik adalah berpostur tinggi semampai, dengan kulit putih dan badan langsing, juga dilengkapi dengan rambut panjang yang terkulai. Dan rasanya Luna Maya adalah sosok yang pas untuk menggambarkan sosok wanita cantik tersebut. Bayangkan saja jika wanitanya diganti dengan artis lain yang memiliki badan gemuk misalnya, munkin maknanya akan berubah,dan mungkin bukan bilboard dari produk sabun mandi wanita yang akan ditampilkan.
Sedangkan makhluk-makhluk kecil bersayap dengan membawa hatinya yang berada disekeliling Luna Maya, digambarkan sebagai para lelaki yang sedang mengejar cinta Luna Maya dan rea menyerahkan hatinya untuk Luna Maya sebagai wanita cantik yang mereka idam-idamkan. Disini juga menggambarkan jika seorng wanita menggunakan sabun Lux ini maka setiap laki-laki akan mengerjar-ngejar wanita tersebut untuk mendapatkan hatinya.

Minggu, 07 Maret 2010

PLURALIST vs MARXIST

PLURALIST vs MARXIST

Sebelumnya saya mengucapkan rasa syukur yang luar biasa karena pada akhirnya saya bisa berkonsentrasi dan memiliki waktu yang cukup banyak untuk melaksanakan tugas membuat blog ini. Rasanya menulis blog tentang matakuliah STUDI MEDIA ini akan menjadi kebiasaan baru saya selama smester ini. Memang benar jika apa yang telah saya pelajari dalam Stumed ini, perlu diulas kembali dalam suatu bentuk tulisan seperti blog ini tentunya agar saya tidak lupa begitu saja. Dan juga ini dapat membantu saya untuk merangkai sebuah kalimat akan materi yang telah saya dapat dan melatih kemampuan saya tentang sejauh mana kedalaman dan keahaman saya akan materi tersebut.
Untuk materi minggu pertama dan kedua rasanya belum bisa untuk saya jelaskan, dikarenakan minggu pertama dan kedua itu saya tidak mengikuti mata kuliah ini. Untuk materi minggu ke-3 disini saya mempelajari tentang “Medi Dalam Perspektif Pluralist dan Marxist”. Melihat dari judulnya saja awalnya saya terbengong-bengong. Setelah dibahas oleh Bu Eni, akhirnya terpecahkanlah kebengongan itu sedikit demi sedikit.
Menurut Media Dalam Perspective Pluralist dan Marxist ini, ternyata media itu bisa dihat dalam dua perspektif yang tentunya saling berlawanan. Yaitu perspektif kaum Pluralist dan juga perspektif kaum Marxist. Dalam perspektif Pluralist terdapat beberapa macam asumsi general, yaitu: 1)Masyarakat terdiri dari beragam kelompok yang datang bersama-sama untuk melobi dan untuk mewakili kepentingan mereka sebelum pemerintah. Keragaman kepentingan ini memberikan keseimbangan dan kekuatan kepada masyarakat secara keseluruhan. Dan semua suara potensial dapat didengar. 2)Kekuatan tiap kelompok untuk mewakili kepentingannya kurang lebih sama. Sehingga tidak ada kelompok yang dapat mendominasi isu tertentu sepanjang waktu. 3)Pemerintah bertindak sebagai wasit yang tidak memihak atas nama kepentingan umum, membantu untuk mencapai keadilan dan hanya berkompromi untuk persaingan tuntutan. 4)Kehidupan politik (di tingkat warga negara dan di tingkat institusional) bebas dari kehidupan ekonomi. Kaya dan miskin dianggap sama dalam pemerintahan dan hukum. 5) Pelaksanaan kekuasaan terlihat.
Dari hasil penjelasan yang saya tangkap, perspektif pluralis ini tercipta karena mereka melihat bahwa masyarakat dianggap bebas dan setara. Maksudnya bebas disini masyarakat dianggap bebas memilih media apapun sebagai sumber informasinya dan tidak terikat oleh hal apapun. Sedangkan setara disini berarti masyarakat dianggap sama dalam segi ekonomi, tidak ada kaya ataupun miskin. Selain kebebasan pada masyarakat ternyata mediapun juga dianggap bebas, media yang bersifat bebas berarti semua orang bisa mengakses media tanpa adanya batasan tentang informasi yang ingin orang tersebut dapatkan dari berbagai pilihan media yang ada. Dengan munculnya berbagai macam media tersebut dan kebebasan untuk mengakses media juga kebebasan untuk memilih media, maka pesan yang disampaikan dari berbagai media tersebut beragam dan tidak terjadi homogenisasi pesan, sehinga tidak membuat masyarakat menjadi bosan dengan pesan atau informasi yang itu-itu saja. Adanya kebebasan yang diberikan media untuk mengakses segala macam informasi, maka media menganggap bahwa masyarakat bersifat aktif dalam mencari informasi yang mereka butuhkan sehingga mediapun dapat memilih tentang informasi apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.
Perspektif Marxist melihat bahwa basis ekonomi masyarakat dipandang sebagai segala sesuatu yang menentukan dalam masalah sosial, politik dan kesadaran intelektual. Maka itu dalam perspektifnya yang selalu mendasari bahwa matrealistis adalah segalanya, Marxist ini dikatakan bersifat kapitalis. Jika menurut Perspektif marxist ini masyarakat terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan tingkat ekonominya. Jadi ada masyarakat yang dominan tentunya dengan tingkat ekonomi yang tinggi, dan ada juga masyarakat yang didominasi dengan tingkat ekonomi yang rendah. Lalu mediapun menjadi tidak bebas karena dikuasai oleh para kelompok yang mendominasi. Dengan adanya kekuasaan pada kelompok yang mendominasi media-media tersebut membuat media-media tersebut tidak bebas. Karena penguasaan oleh kelompok dominan itulah maka isi dari media itupun menjadi hanya berisi tentang kepentingan dari kelompok dominan tersebut. Karena media dikuasai oleh kelompok-kelompok yang dominan, maka akan berujung pada pesan yang disampaikan oleh media tersebut menjadi sejenis dan tidak beragam dan hanya berisi tentang kepentingan para kelompok dominan tersebut. Begitupun sifat khalayak akan menjadi berubah pasif karena akses mereka terbatas untuk mendapatkan informasi-informasi yang mereka butuhkan.
Dalam classic marxist juga menjelaskan bahwa masyarakat memiliki Base-structure dan Superstructure.Base-structure ini berupa faktor-faktor produksi sedangkan Superstructure-nya berupa semua bentuk budaya. Dalam Technological Determinist dikatakan bahwa tekhnologi menentukan arah atau bentuk masyarakat, karena dengan adanya kemajuan tekhnologi seperti sekarang ini membuat sikap dan perilaku manusia berubah. Contonhnya dalam suatu tayangan televisi yang menampilkan kehidupan mewah ataupun kehidupan remaja sejarang yang sering di tampikan dalam sinetron-sinetron saat ini. Rasanya tayangan-tayangan itu menjadi acuan anak muda jaman sekarang dalam pergaulan. Mereka menganggap hal-hal yang terjadi dalam sinetron atau hal-ha yang ditayangkan dalam televisi adalah dunia nyata mereka, seperti yang dijelaskan dalam teori kultivasi. Sedangkan apa yang menjadi isi dari setiap media dalam perspektif marxist semuanya ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Oleh karena itu kelompok yang memiliki modal lebih banyak berhak untuk menentukan isi atau konten dari media yang dia inginkan, meskipun isinya hanya berupa kepentingan kelompok pemodal tersebut.
Karakteristik dari perspektif Marxist ini diantaranya : 1) Media dianggap sebagai faktor-faktor produksi; 2)Membentuk ideologi berupa “kesadaran palsu”; 3) Media sebagai penguat dominasi; dan 4) Membentukan manusia sebagai subjek.